Rss Feed

Masalah apa dengan 'waktu'?

Mr.saunir once said:

"Hanya orang-orang bodoh yang merasa kalau dirinya dilupakan, karna urusan mengingat dan melupakan bukan urusan kita, tapi urusan orang!!”
Jadi kenapa musti pusing mikirin kita bakalan dilupain ato nggak?
Karna belum tentu dia inget kita??

Entah kenapa ya orang-orang selalu bilang, "biarkan waktu yang mengubah semuanya.."
Padahal, bukan waktu yang merubah semuanya, tapi diri kita sendiri

Mungkin dulu kita pernah jatuh, sakit.
Dan luka itu membuat kita tidak bisa berjalan seperti dulu lagi
Kita bahkan pincang dan butuh penompang di hati yang lain
Namun sulit
Bahkan bertompang di hati yang mencintai kita saja kita tidak sanggup, dan melukai lagi
Lalu apa bedanya kita dengan orang yang telah mengukir luka itu sendiri?

Tapi, seharusnya semua yang telah terjadi mengajarkan kita satu kata bernama "jera" untuk tidak menyakiti lagi, karna waktu terus berganti
Waktu memang tak kan pernah merobah segalanya
Tapi setidaknya waktu memberi aku sedikit jeda untuk berpikir jernih tentang semuanya


Thank god, for everything

Coz when I thought my life is over,

I realized it's just beginning

Whatever things happened

 I just love rain as much as you..

Nah lo!! Kenapa kamu tidak ada? Aku taro kamu dimana di hati aku?

Ahh.. Tak disangka. Cubit aku!! Aku ingin tau ini rasanya sakit atau tidak!!

Karna baru kali ini aku benar-benar merasa tak harus menunggu kamu di tengah hujan
Aku tak harus percaya bahwa kamu akan bertahan di ujung jalan ataupun ketika kamu berkata, kamu selalu ada..
Aku tak harus punya kewajiban untuk menahan sakit ataupun kuatir
Tak harus mengiringi kamu menapaki waktu, tak harus marah ataupun kesal ketika kamu menghilang tiba-tiba
Ataupun muncul lagi, bahkan tanpa maaf


Aku tak lagi menyalahkan kamu,
Tak lagi meng-klaim kamu manusia yang tidak punya perasaan atas dasar sikap kamu yang biasa-biasa saja, dibanding aku yang ‘dulunya’ memporsikan kamu segala2nya
(oke. ‘segala2nya’ memang kedengaran berlebihan.)
Karna aku kembali ke rumus yang sama : ‘berhenti memperlakukan orang seperti sebuah planet karna hidup ini amat sangat adil’
Kita disakiti sebanyak kita menyakiti
Atau mungkin kamu sudah sampai duluan di level itu : jatuh cinta dengan dia yang tepat diluar sana
Aku berhenti menyesali tiap tikungan
Tiap lirik lagu,
Tiap tetes hujan, yang dulunya adalah kamu
Aku tak peduli lagi kamu mengalami krisis kepribadian atau apapun
T-e-r-s-e-r-a-h..

Ya. Mungkin akan terdengar aneh
Jika orang (seperti aku) muncul disuatu malam, atau siang, senja, sore, atau kapanpun itu
Lalu aku berbisik sendiri. “Nah lo!! Kenapa kamu tidak ada? Aku taro kamu dimana di hati aku??”
Karna aku tak lagi menemukan folder yang dulu kamu tempati
Kamu yakin aku akan merasa kehilangan?
Hey!! Ini benar-benar hanya masalah giliran, kamu harus tau itu
Kamu bukan pemenang hanya karna posisimu di urutan lebih kecil
Atau hanya karna kamu tau aku menyukai bintang lebih dulu
Semuanya sudah mengalami proses dan perlahan akan terkikis

Aku dulu keliru
Terlalu naïf menganggap semuanya masih sama
Kini aku tersenyum
Kamu benar
Kita tak lagi di rotasi yang sama, dan aku bernafas lega
Tapi aku tetap pecinta present perfect tense (hehe). Bukan karna ini masih berlanjut, tapi ini memang menyisakan banyak hal
Sakit, perih, bangkit, luka, jatuh, dan aku belajar
Setidaknya aku tau rasanya bagaimana, dan aku menyiapkan diri.

Dan jika suatu hari nanti, aku mendengar lagi dari kamu,
“Aku kangen. Kemana saja kamu?? Kenapa tidak mengabariku? bla…bla…bla..”
Jawabannya cuma satu
“Hey. Masih ingat aku???” ^_^
Dan aku juga tidak berharap lagi berjalan dalam hujan menghapus air mataku
Karena aku akan mengiringi hujan dengan senyuman, dan setelah itu pelangi akan ada

Ini aku yang sangat normal

Ini bukan masalah siapa menyakiti siapa
Siapa yang tersakiti oleh siapa
Dan siapa yang harus menjadi tumbal oleh ke-bullshit-an siapa
Bukan masalah siapa yang menjadi yang pertama
Atau siapa yang harus berbesar hati menjadi yang kesekian
Bukan masalah siapa yang dulu disitu
Atau dia yang pernah disana dan kamu yang ingin disini

Aku tau bagaimana rasanya sakit di bagian yang bahkan kau tak  tau kau miliki di dalam
Aku bisa mengeja dengan baik bagaimana rasanya menjadi kecil dan tidak penting

Setiap hari menjelang tidur, aku berangkat dengan detail-detail
Sebenarnya Tuhan sudah menunjukkan jalan
Tapi, aku selalu berharap keliru dan berusaha menemukan dimana aku bisa salah paham
Bertanya kenapa, disaat yang sesingkat itu, aku bisa sebahagia itu, dan sehancur itu
Atau berharap dia akan sadar dan muncul di depan pintu
Ahh..  ‘Waktu’ sepertinya sudah bosan menjadi ‘a wake up call’..

Jadi, inilah aku dalam kondisi yang amat sangat normal
Aku ingin yang mengaggap aku bernilai
Yang membuat aku berfikir kalau detik-detik dalam hidup
yang aku sia-siakan, berharga
itu saja.